Patung Siwa


Hindu Di India percaya akan adanya Keberadaan Dewa Siwa sebagai Sang Pelindung,,,, Patung Dewa Siwa ini dibangun dengan suasana yang penuh dengan kesunyian dan dibuatnya diorama Puncak Kailash, Gunung Himalaya. Banyak Umat Hindu dari Indonesia Khusunya dari Bali bersembahyang di Tempat ini.. Dan Banyak Umat merasakan aura keTuhanan ditempat ini.

Lumpur Lapindo adalah Kemurkaan Dewa Siwa




Tidak banyak yang tahu bahwa lokasi semburan lumpur lapindo dulunya merupakan situs sejarah kerajaan jaman dulu. Situs paling penting adalah CANDI PRADA serta PRASASTI WATUMANAK yang dibangun pada masa Airlangga. Dulu, warga Siring dan Renokenongo menyebut situs itu sebagai PUNDEN PRADA.

Dan ditempat ini banyak ditemukan benda-benda bersejarah yaitu arca siwa, ganesha dan arca katak. Beberapa benda bersejarah tersebut kini bisa disaksikan dimuseum nasional. Tetapi dengan seiringnya waktu, lokasi situs itu kini sudah rata dengan tanah dan dijadikan bangunan. Sementara dibawahnya dilakukan pengeboran gas oleh Lapindo sebanyak 22 sumur gas dikecamatan Porong.

Tetapi ketika pengeboran dilakukan di lokasi Renokenongo dan Siring yang dulunya situs bersejarah, lumpur keluar tiada henti. Manusia semakin rakus sehingga tidak lagi bersahabat dengan alam dan juga sekitarnya. Sudah selayaknya manusia mawas diri agar tidak mengeksploitasi alam berlebihan.

Believe it or not, Siwa merupakan simbol dari kemurkaan dan dari lokasi inilah semuanya bermula ketika alam sudah murka. Mengurangi korban jiwa selanjutnya adalah hal yang paling utama disamping penggantian ganti rugi materi kepada para korban akibat semburan lumpur lapindo.

Ramalan Sabda Palon

Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.

Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”

Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.

Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.

Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.

Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.

Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.

Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.

Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.

Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.

Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.

Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.

Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.

Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.

Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.

Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.

Agama Hindu = Agama Bumi

OM SWASTYASTU

Saya mengatakan Agama Hindu adalah "AGAMA BUMI' bukan dengan pengertian sebagaimana disampaikan oleh berbagai tulisan umat lain terhadap Agama Hindu. Agama Hindu adalah "AGAMA BUMI' karena menurut saya, Agama Hindu memberikan banyak penjelasan tentang hidup dan kehidupan, tentang alam semesta, tentang jiwa, tentang sosial, tentang berbagai hal tanpa mendasarkan pada pengertian dari satu golongan. Belum pernah saya membaca bahwa beragama Hindu harus seperti di India, dan kenyataannya beragama Hindu di dunia ini terdiri dari berbagai macam jalan dan bentuk tanpa menyatakan jalan atau bentuk dari satu golongan adalah paling baik. Yang menentukan adalah kulitas dari pelaksana jalan itu. Hal ini menunjukkan agama Hindu bisa diterima siapa saja. Ini salah satu contoh bahwa agama Hindu adalah "AGAMA BUMI'.

Satu hal lagi bahwa agama Hindu mengajarkan bahwa manusia bukan mahkluk yang paling sempurna dan alam bukan diciptakan untuk kepentingan manusia saja. Hal tersebut membuat kita sebagai manusia harus bisa menghargai alam sehingga jika kita lihat upacara umat Hindu dari suku tertentu nampak ada canang/banten yang diletakkan di pinggir sumber air, pinggir hutan, dan lain-lain. Pelaksanaan tersebut sebagai wujud umat Hindu menghargai alam, bukan menyembahnya. itulah mengapa agama Hindu bisa membumi karena menempatkan ajaran agama dan pelaksanannya (manusia) tidak dalam posisi paling atas, apalagi di atas umat lain tapi merupakan bagian dari perputaran alam, sehingga kita sebagai umat Hindu diingatkan untuk tidak pongah, tapi selalui membumi. Tapi mengapa agama Hindu, khususnya di Indonesia kelihatannya mudah didesak oleh umat lain ? Kesadaran beragama Hindu yang mungkin perlu dikembangkan. Bahwa agama Hindu memang tidak sama dengan agama lain jadi tidak perlu dipaksakan mencari persamaan, seperti harus ada nabi, harus ada kewajiban bersembahyang sekian kali, harus mempunyai pakaian ibadah tertentu, dan lain-lain. Bahwa agama Hindu punya cara tersendiri dalam beribadah, bahwa agama Hindu punya banyak penjelasan tentang berbagai pertanyaan dalam kehidupan. Bahwa agama Hindu tidak menyandarkan jawaban pada satu jawaban yaitu "Itu sudah ditentukan Tuhan jadi harus diikuti tanpa pertanyaan lagi". Agama Hindu mengajak kita untuk selalu berpikir bahwa semua ada penjelasan. Masih banyak yang ingin saya sampaikan untuk menggugah kesadaran, namun tempat menulis yang terbatas.

Semoga damai di dunia, damai di hati, dan damai selalu

(diambil dari www.cyberdharma.net)